Rabu, 22 Agustus 2012

Fastabiqul Khairat  ;)

Senin, 20 Agustus 2012

Rahmat Allah yang Luas


                Dari Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah shallallohu ‘alaihiwassallam, bersabda, “Pada umat terdahulu ada seseorang yang membunuh sembilan puluh sembilan orang. Setelah itu terlintas di hatinya untuk bertaubat. Ia mencari seorang yang paling pandai di muka bumi. Kemudian ia mendapatkan seorang Rahib (ahli ibadah).
                Setelah menghadap kepadanya ia berkata, “Saya telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, apakah masih terbuka jalan untuk saya bertaubat?” Rahib tersebut menjawab, “Tidak.” Lalu dibunuh Rahib tersebut, dan sempurnalah ia membunuh seratus orang.
                Kemudian ia mencari (kembali) seorang yang paling pandai di muka bumi. Lalu ia ditunjukkan kepada seorang alim. Ia berkata, “Saya telah membunuh seratus jiwa, apakah masih ada kesempatan untuk saya bertaubat?” Alim tersebut menjawab, “Ya, siapakah yang mampu menghalangi anda dengan taubat. Pergilah ke negeri ini dan ini, karena di sana ada orang-orang yang beribadah kepada Allah dan beribadalah bersama mereka. Jangan anda kembali ke tempat tinggal Anda karena ia tempat yang jelek.” Maka berangkatlah ia. Ketika sampai di tengah perjalanannya, ia meninggal dunia. Ia diperebutkan oleh malaikan rahmat dan malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata, “Ia datang dalam keadaan bertaubat dan hati menuju Allah.” Malaikat adzab menimpali, “I tidak pernah melakukan kebaikan sedikitpun.” Akhirnya datanglah seorang Malaikat menyerupai manusia. Lalu mereka menjadikannya seorang hakim. Ia lalu berkata, “Ukurlah antara dua negeri itu. Mana yang lebih dekat maka itulah nasibnya.”
                Kemudian mereka mengukurnya. Ternyata mereka mendapati bahwa orang itu lebih dekat kepada negeri yang ia ingini. Lalu orang itu dibawalah oleh Malaikat rahmat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pelajaran dari hadits di atas:
1.       Seyogyanya orang yang menghadapi permasalahan penting hendaknya konsultasi dengan ulama untuk menyelesaikan permasalahannya dan memberikan solusinya.
2.       Diterimanya taubat seorang pembunuh.
3.       Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan ahli ibadah.
4.       Anjuran bagi orang yang bertaubat agar meninggalkan tempat ia melakukan maksiat.
5.       Anjuran meninggalkan teman yang melakukan kemaksiatan.
6.       Berusaha tinggal di daerah yang baik, karena ia bisa membantu kebaikan dan keamanan diri dari terjatuh kembali ke kemaksiatan.
7.       Orang yang tidak mengerti sesuatu hendaknya mengatakan, “Allahu a’alam” (Allah yang lebih mengetahui). Termasuk setengah ilmu adalah ucapan, “La adri” (saya tidak tahu).
8.       Tidak wajib bagi seorang ulama yang tidak menjabat sebagai hakim menghukum pelaku kejahatan. Di hadapan ulama seorang pembunuh telah membunuh seratus orang, namun ia tidak menahannya dan mengintrogasinya. Dia hanya menyuruh untuk bertaubat dan meninggalkan tempatnya.
9.       Keutamaan anak Adam karena Allah mengutus Malaikat untuk menjadi hakim dalam bentuk seorang manusia.
10.   Allah membalas hambaNya sesuai dengan niat dan keinginannya, sekalipun dia belum sempat melaksanakannya.